01 Agustus 2008

Bab VII : Menzeg

Adapun Bumi memelihara ketiga putra Nete yang ditinggalkan di atas gunung. Maka bertambah besarlah mereka dan ketika Musim Dingin berakhir pergilah mereka dari situ ke Timur, tempat di mana terdapat cahaya abadi dipancarkan oleh Sang Pagi. Maka teringatlah oleh Loze akan mereka sehingga diutusnyalah putra-putra Niz untuk mempersiapkan kedatangan mereka.

Berkatalah Sang Terang kepada putra-putra Niz, “Wahai, putra-putra Matahari, bangunlah sebuah jembatan untukku! Yang menghubungkan Daratan Bumi dengan Timur, supaya putra-putra Nete bisa datang kepadaku. Sebab mereka adalah saudara-saudaramu, yang lahir dari rahim seorang wanita, Yehi. Mereka telah ditinggalkan oleh bapa mereka, yang seumur hidupnya telah mengabdi kepadaku. Biarkanah mereka datang kepadaku, kepadaku, yang memiliki jiwa mereka dan berkumpul dengan kamu, saudara-saudara mereka, supaya Kegelapan tidak menguasai mereka.”

Dan dibangunnyalah oleh putra-putra Niz sebuah Jembatan yang diberi nama Gerbang Dewa. Dan untuk menyambut kedatangan saudara-saudara mereka, mereka mulai memanen buah-buahan dan memeras madu dan anggur untuk minuman, menenun pakaian dan berlatih tari-tarian.

Maka sampailah ketiga Manusia itu di Timur dan disambut oleh putra-putra Niz dengan musik dan tarian dan makanan buah-buahan dan minuman madu dan anggur yang disajikan oleh putri-putri Niz. Tetapi para Manusia itu birahi kepada putri-putri Niz yang cantik-cantik itu sehingga Mezum memutuskan untuk menyembunyikan saudari-saudarinya di Rumah Agung setelah pesta penyambutan selesai.

Pada suatu Malam, setelah Matahari mati di tangan Senja ketika putra-putra Niz berstirahat, bangunlah ketiga Manusia itu dari tempat tidurnya dan pergi diam-diam ke Rumah Agung, menemukan putri-putri Niz sedang tertidur. Mereka terpesona melihat rambut dan tubuh mereka yang berwarna putih seperti awan di Langit dan Salju di Musim Dingin. Wajah mereka yang sangat cantik melebihi bunga-bunga yang tumbuh di Musim Semi sehingga membuat putra-putra Nete jatuh cinta dan berniat menculik beberapa dari mereka yang sedang tertidur dan membawa mereka kembali ke Daratan Bumi. Maka mereka memutuskan untuk mengambil diam-diam masing-masing seorang.

Tetapi berteriaklah putri-putri Niz dan membangunkan saudara-saudara mereka di tengah Malam sehingga Manusia-manusia itu hanya berhasil membawa seorang saja dan berlarilah mereka melintasi Gerbang Dewa menuju Daratan Bumi sebelum terkejar oleh putra-putra Niz.

Ketika masing-masing putra-putra Niz memeriksa keadaan saudari-saudari mereka, marahlah Menzeg, putra Niz atas hilangnya salah seorang putri Niz, yang telah menjadi kekasihnya itu. Pergilah ia menghadap Sang Terang dan di depan saudara-saudaranya ia berseru, “Wahai Sang Terang, pujaan kaum keluargaku! Sudah lama aku menghabiskan waktu menyembahmu. Telah kuberikan seluruh hidupku untuk mengabdi kepadamu dan telah kupersembahkan seluruh milikku kepadamu. Tetapi mengapa kau membiarkan hal ini terjadi? Mengapa kau membiarkan membiarkan mereka mengambil kekasihku? Di manakah kau berada ketika ia berteriak membutuhkan pertolongan? Sudah butakah matamu sehingga kau tidak melihatnya? Sesungguhnya kau memanggil mereka untuk melenyapkan kami untuk memerangi kami dan membinasakan kaum kami. Yang pertama adalah kekasihku, siapakah yang kemudian? Satu per satu hingga tak bersisa putra-putra Niz. Kau lebih mengasihi putra-putra Nete daripada kami, sebab kami adalah buah keturunan terlarang dari ibu bapa kami. Ketahuilah bahwa aku dan kaumku tidak akan melayanimu lagi mulai sekarang sampai selama-lamanya.”

Dan tampillah Neyel Pe menyanggah semua perkataannya, “Tutup mulutmu, wahai saudaraku yang bodoh! Sesungguhnya kebodohanmu telah meredupkan cahaya Jiwamu. Tak sepantasnya kau berbicara seperti itu di hadapannya di hadapan Sang Pencipta Dunia dan Pemberi Jiwamu. Haruskah kau menyalahkannya karena kematian saudari kita? Haruskah kau mengkhianatnya seolah dia telah meninggalkanmu? Tidak tahukah kau bahwa tanpa dia kau tidaklah berarti? Tanpa Sang Terang yang menjadi pandu kehidupanmu. Niz, bapa kita, telah bersumpah di depan Matahari untuk berbakti bersama keturunannya kepada Sang Terang. Haruskah kau melanggar sumpah yang diucapkannya itu? Haruskah kau berpaling dari Sang Terang untuk selama-lamanya? Ketahuilah bahwa jika aku adalah kau, aku akan berpikir dua kali untuk berkata-kata. Aku akan selalu berjalan di bawah cahaya Sang Terang, dan aku tidak akan mengikuti jejak kakimu.”

Mendengar kata-kata Neyel Pe, semakin marahlah Menzeg dan mengumumkan perang melawan Neyel Pe. Tetapi Mezum dan putra-putra Niz yang lain memihak Neyel Pe dan mengalahkan Menzeg. Setelah mengambil karunia Keajaiban dari padanya, mereka menghalau Menzeg dari Timur. Berkatalah Menzeg untuk terekhir kalinya, “Baiklah, aku akan pergi dan tidak akan kembali, sebab kamu bukanlah saudara-saudaraku lagi. Aku akan berkelana ke Daratan Bumi memburu para Manusia, dan tidak akan lagi menyembah apa yang kamu sembah.”

Setelah Menzeg pergi, berkatalah Sang Terang kepada Neyel Pe, “Wahai hambaku yang setia, diberkatilah kau di antara semua makhluk! Sebab kau selalu menjaga jiwamu tetap bercahaya, dan berhati-hati melangkah supaya tidak terantuk batu. Kau telah mempertahankan kepercayaanmu kepadaku, dengan bijaksana kau menimbang setiap kata yang akan kau ucapkan. Maka kuberkati keturunanmu untuk selama-lamanya dan kau akan memberkati seluruh makhluk di Daratan Bumi. Maka berbicaralah kau atas namaku, dan hakimilah semua saudaramu di hadapanku. Sebab mereka telah salah mengambil langkah, membiarkan saudara mereka tersesat di padang belantara Utuslah beberapa dari mereka menyusul ke Daratan Bumi dan mencarinya sebelum Kegelapan menemukannya. Sebab telah kututup matanya dari pandangan akan Manusia sebelum kebodohannya menuai kebinasaan.”

Kemudian Neyel Pe melakukan apa yang diperintahkan oleh Sang Terang, dan dipilihnyalah Melutey dan Lete bersama istri-istri mereka, melakukan perjalanan ke Daratan Bumi untuk mencari Menzeg. Mereka dilarang berhubungan dengan para Manusia dan tidak diperkenankan menggunakan Keajaiban yang dapat merubah sejarah Dunia.

Adapun di Daratan Bumi, Manusia-manusia saling berkelahi memperebutkan putri Niz dan terlihatlah perbuatan mereka oleh Sang Dewa Terang Siang. Untuk menghentikan perkelahian mereka itu, kemudian Loze memohon kepada Sang Waktu untuk membinasakan sumber pertengkaran itu supaya pertumpahan darah dan kematian tidak terjadi atas diri mereka. Katanya, “Wahai Sang Waktu, yang menguasai kehidupan dan kematian, yang berkuasa atas Dunia dan segala yang berada di dalamnya! Tidakkah kau melihat putra-putra Nete berperang memperebutkan sesuatu, sesuatu yang tidak perlu mereka perebutkan dengan sia-sia? Maka sebelum sesuatu terjadi atas mereka dan atas Dunia apabila mereka bersatu dengannya. Biarlah kau mengambil jiwa putri Matahari itu dan mengakhiri hidupnya untuk selama-lamanya.”

Kemudian matilah putri Niz itu sehingga menyesallah bapa-bapa Manusia itu dan memohon ampunan Sang Dewa Terang Siang. Kemudian oleh Yeru, diciptakannyalah dari tanah Bumi tiga sosok Manusia yang serupa dengan kekasih mereka itu dan diberikannya kepada mereka masing-masing seorang supaya mereka beroleh keturunan.

Tetapi Sang Dewa Gelap Malam telah terlebih dahulu menemukan Menzeg. Suatu Malam, ketika Bulan kelabu, putri Penguasa Malam berdiri di atas puncak Gunung Barat, yaitu Gunung Bayang-bayang, menggantikan ibunya menguasai Dunia atas nama bapanya, kelihatanlah olehnya wajah sesosok makhluk yang tidak takut akan Bayang-bayang Kegelapan Malam.

Makhluk itu tetap berjalan meskipun kelelahan menyelimutinya. Maka disapalah olehnya makhluk itu, “Wahai Makhluk Dunia yang sedang berjalan sendiri! Apa yang sedang kau lakukan pada Malam ini? Mengapa kau tidak berlindung seperti yang lain? Tidakkah kau takut Kegelapan yang bisa membunuhmu? Tahukah kau bahwa bapaku adalah Penguasa Malam, yang memiliki lengan yang dapat merobek jantungmu? Pencipta Dunia dan yang akan membinasakannya. Dan membungkusnya ke dalam Kegelapan abadi?”

Jawabnya, “Sesungguhnya aku adalah seorang pelarian yang tidak mendapatkan tempat di antara saudara-saudaraku. Dewa pujaanku telah mengkhianatiku dan meninggalkanku dan membiarkan para Manusia itu mencuri kekasihku. Aku sedang dalam perjalanan memburu mereka, para Manusia, yang telah membawa kekasihku. Aku akan membinasakan mereka semua dengan tanganku hingga tidak ada lagi Makhluk Manusia di atas Bumi. Aku tidak peduli apakah Malam akan mengakhiri hidupku, sebab mulai dari sekarang aku adalah pelayan Kegelapan. Sebab Sang Terang telah meninggalkanku untuk selama-lamanya, dan aku tidak akan pernah lagi mengabdi kepadanya.”

Sang Bulan menanggapi perkataannya, “Ketahuilah, wahai makhluk yang malang! Bapaku tidak pernah meninggalkan makhluknya, Ikutlah aku dan akan kubawa kau kepadanya maka semua keinginanmu akan terwujud! Kami memiliki barisan tentara yang kuat, yang akan mengalahkan dia yang telah meninggalkanmu. Sebab hanya dengan sekali tiupan nafasnya, maka binasalah kaum Dunia bersama isinya.”

Dan dibawanyalah oleh Bulan, Menzeg ke hadapan Sang Dewa Gelap Malam. Menzeg memberikan seluruh hidupnya untuk Sang Dewa sampai mati sehingga sebagai imbalan atas kesetiaannya, Sang Dewa Gelap Malam memberikan Bulan sebagai istrinya. Kemudian Bulan melahirkan Setan-setan untuk Menzeg dan mempersembahkan mereka untuk Sang Dewa Gelap Malam sebagai bala tentara perang. Dan Menzeg dinobatkan sebagai Raja Setan.

Tidak ada komentar: