01 Agustus 2008

Bab II : Dewa-dewa Perkasa

Oleh Bumi, lahirlah Dewa-dewa perkasa untuk Yeru, Sang Dewa Tertinggi. Dan kepada merekalah para Pencipta Dunia berkenan. Kekuatan Terang membuat yang seorang terlihat indah dengan selubung cahayanya, sedangkan Kekuatan Gelap selalu menyelimuti yang lain dengan bayang-bayang. Dan dengan Kekuatan yang meliputi mereka itu, putra-putra Yeru menaklukkan Masa-masa. Sang Dewa Terang menguasai Siang dengan Kekuatan Terangnya, sedangkan Sang Dewa Gelap menguasai Malam dengan kekuatan Gelapnya.

Berkatalah Terang, “Inilah pilihanku. Yang terbaik dari yang dilahirkan oleh Bumi. Aku berkenan kepadanya. Kuberikan selubungku untuk menghiasi parasnya. Dengan demikian aku ada pada dirinya.”

Berkatalah juga Gelap, “Inilah pilihanku, Yang terbaik dari yang dilahirkan oleh Bumi. Aku berkenan kepadanya. Kuberikan selimutku untuk melindungi tubuhnya. Dengan demikian aku ada pada dirinya.”

Adapun Waktu memulai perjalanannya dari Timur dan menempatkan Pagi untuk memandu dia dengan cahaya emasnya, Siang akan menyertai perjalanannya dan Senja kelabu akan menyambut dia di Barat dan kemudian Malam akan mengisi masa-masa istirahatnya dengan nyanyian merdu.

Tetapi terjadilah perselisihan antara Siang dan Malam sebab Malam ingin menyertai perjalanan Sang Waktu dan memaksa Sang Waktu melanjutkan perjalanannya bersama dirinya dan tidak membiarkan Sang Waktu beristirahat. Maka berkatalah Sang Waktu, “Wahai Malam, apakah yang sedang terjadi pada dirimu, sehingga engkau mengganggu tidurku, dan memaksa aku melanjutkan perjalanan jauh ini? Kakiku sudah lelah, sebab aku telah menyusuri Dunia ini, setapak demi setapak dari Timur ke Barat. Berhentilah mengganggu aku, Dan nyanyikanlah nyanyianmu yang merdu itu, supaya rasa penat ini segera hilang dari aku!”

Tetapi jawab Malam, “Engkau lelah karena telah berjalan jauh, dan aku pun lelah karena selalu menyanyikan nyanyian untuk engkau, nyanyian yang sama untuk mengantar engkau tidur. Mengapa harus aku yang terjaga, dan menyanyikan nyanyian ini sendiri, di tengah kabut yang diturunkan oleh Langit? Wahai Sang Waktu, berikanlah aku kesempatan, untuk menemani perjalananmu, karena aku ingin berbincang-bincang denganmu!”

Jawab Sang Waktu, “Aku telah menetapkan, dan aku tidak akan pernah mengubah ketetapanku, sebab ketetapanku adalah untuk selama-lamanya. Bahwa Pagi memandu aku dan Siang menyertai pejalananku, Senja menyambut aku dan kau menidurkan aku, memulihkan rasa penatku dengan nyanyianmu yang merdu. Jika aku mengubah tugas masing-masing dari kamu, berarti aku telah mengubah Dunia yang telah diciptakan ini, sehingga Dunia akan binasa karena itu. Maka puaslah engkau dengan tugasmu, wahai Malam, sebab engkau mendapatkan karunia suara yang merdu yang tidak dimiliki oleh Masa yang lain!”

Tetapi Malam tidak menuruti perkataan Sang Waktu dan memilih untuk tidak menyanyikan nyanyiannya yang merdu sehingga Sang Waktu tidak bisa beristirahat. Maka marahlah Sang Waktu dan berkata, “Betapa bodohnya dirimu, wahai putraku, engkau ingin supaya aku mengubah Dunia, dan aku akan melakukannya untuk engkau. Engkau akan terdiam untuk selama-lamanya, dan suaramu yang merdu tidak akan keluar lagi, yang ada hanya keheningan yang terucap dari mulutmu. Aku tidak akan tidur untuk selama-lamanya, dan akan terus membuka mataku untuk terus berjalan, bersama kawan-kawan baru yang menyertai perjalananku. Sebab aku tidak akan memilih engkau ataupun Siang, untuk menyertai perjalananku yang panjang ini, dan kekuasaanmu akan beralih kepada mereka.”

Kemudian ketika Malam berganti Pagi, pergilah Sang Waktu seorang diri dan mengambil Dewa-dewa Perkasa, dua putra Yeru yang dilahirkan oleh Bumi, untuk menyertai perjalanannya. Maka marahlah Siang karena merasa telah dikhianati oleh Sang Waktu. Bersama Malam ia menantang kedua Dewa Perkasa itu dan terjadilah pertarungan sengit. Akhirnya takluklah kedua Masa itu di depan kaki mereka dan menyerahkan kekuasaannya kepada mereka. Siang memberikan kekuasaannya kepada Sang Dewa Terang dan Malam menyerahkan kepada Sang Dewa Gelap.

Tetapi Pagi yang selalu berdiri di Timur dan Senja yang selalu berdiri di Barat terpesona oleh keindahan selubung cahaya Loze, Sang Dewa Terang Siang sehingga membuat Sang Dewa Gelap Malam cemburu. Maka setelah Senja berlalu dan sebelum Pagi menampakkan dirinya, datanglah Sang Dewa Gelap Malam menculik Pagi dan Senja dan menyembunyikan mereka di dalam perut Bumi.

Katanya, “Apakah aku tidak memesonakan matamu, wahai Masa-masa? Apakah selimut bayang-bayangku tidak seindah selubung cahayanya? Tidakkah aku juga telah menaklukkan Malam dengan kekuatanku, seperti dia yang telah menaklukkan Siang dengan kekuatannya? Akankah aku menjadi yang tersisihkan dari semua makhluk sebab tiada yang mau mendekati aku karena penampakanku?. Pohon-pohon selalu menjadi layu ketika melihat aku, dan selalu berpaling kepadanya yang berselubungkan cahaya.”

Maka jawab kedua Masa itu, “Apakah engkau cemburu terhadap dia, wahai Dewa perkasa! Apakah engkau juga ingin dicintai seperti dia yang kami cintai? Sesungguhnya kau juga memiliki pesona yang indah, tetapi tersembunyi yang terhalang oleh bayang-bayangmu. Sebab Kekuatan Gelap telah menyembunyikan pesonamu. Haruskah engkau bangga memilikinya? Ia telah mengubah jiwamu menjadi dingin dan sepi, membuat makhluk-makhluk enggan menghampiri engkau.”

Atas permintaan Sang Waktu, pergilah Sang Dewa Terang Siang ke seluruh penjuru Bumi untuk mencari Pagi dan Senja. Dan karena terang cahaya Siang tidak dapat menyembunyikan apapun yang tampak di atas Bumi maupun di bawah Bumi, maka berhasillah ia menemukan kedua Masa yang hilang itu sehingga marahlah Sang Dewa Gelap Malam dan mengumumkan perang melawan Loze atas nama Kekuatan Gelap. Dan dimulailah perseteruan antara Kekuatan Gelap dan Kekuatan Terang, dua Kekuatan besar yang dahulu pernah bersatu menciptakan Dunia, ketika Sang Dewa Gelap Malam berencana hendak merusak dan membinasakan Dunia yang telah tercipta.

Berkatalah Sang Dewa Gelap Malam, “Binasalah engkau, wahai Terang! Lenyaplah engkau untuk selama-lamanya ke dalam Ketiadaan abadi! Sebab sungguh besar kekecewaanku terhadap engkau, memberikan selubung cahayamu kepadanya. Akan aku binasakan segala sesuatu yang pernah kita ciptakan, dan akan aku lemparkan bersama engkau ke dalam Ketiadaan. Biarlah segala sesuatu tiada dan hanya aku yang ada, dan akan aku ciptakan Duniaku sesuai dengan kehendakku sendiri.”

Kemudian datanglah Yeru mencegah dia dan membiarkan Bumi menelan dia hidup-hidup untuk selama-lamanya supaya Malam tidak bisa lagi keluar untuk menyentuh Dunia. Tetapi Sang Dewa Gelap Malam berhasil menyeret Senja dan membawa dia ke dalam Ketiadaan abadi di dalam perut Bumi. Berkatalah Yeru, “Biarlah Bumi mengurung dia di dalam Ketiadaan, supaya Dunia selamat dan tidak binasa oleh dia. Dan biarlah ia menanggung hukuman atas kesalahannya sendiri sebab kecemburuan telah membutakan matanya.”

Tidak ada komentar: