01 Agustus 2008

Bab VI : Putra-putra Niz

Maka terjadilah perkawinan dua jenis makhluk yang berbeda. Niz dan Musim Semi bersatu dengan berkat Sang Dewa Terang Siang. Pada setiap kehadirannya, Musim Semi melahirkan seorang putra bagi Niz sehingga genap dua belas putra-putra bagi Niz, yaitu bapa-bapa ras Peri dilahirkan sebelum Niz mengakhiri kehidupannya. Dan kepada putra-putranya, Niz mewariskan Keajaiban yang dimilikinya.

Pada tahun pertama, lahirlah seorang putra bagi Niz dan diberi nama Mezum sebab katanya kepada Musim Semi,“Inilah buah manis yang dihasilkan dari benih-benihku, yang manisnya akan dikecap oleh ujung lidahku. Biarlah ia akan tetap manis semanis buah Mezum, dan namamu akan juga semanis buahnya.”

Kemudian Niz memelihara tumbuhan berbunga dan pohon-pohon berbuah yang ditumbuhkan oleh Bumi setiap datang Musim Semi. Ia menciptakan kupu-kupu dengan sayap yang indah dan lebah melalui Keajaiban untuk menyerbukkan bunga dan menghasilkan madu sebagai minuman. Ketika Musim Gugur tiba, ia memanen hasilnya dan mempersembahkannya ke Gunung Timur di hadapan Sang Terang. Tetapi Sang Terang tidak berkata apapun.

Pada tahun kedua, lahirlah seorang putra bagi Niz dan diberi nama Lew sebab katanya, “Inilah bunga terindah yang dihasilkan dari benih-benihku, yang keindahannya telah menyegarkan pandangan mataku. Biarlah ia akan tetap indah walaupun Musim Semi berakhir, yang akan menghiasi Bumi untuk selama-lamanya.” Maka berlalulah Musim Semi dan datanglah Musim Panas dan Musim Gugur, musim memanen hasil Bumi. Dipersembahkannya hasil panennya di Gunung Timur di hadapan Sang Terang. Tetapi Sang Terang tidak berkata apapun.

Pada tahun ketiga, lahirlah seorang putra bagi Niz dan diberi nama Melutey sebab katanya, “Musim Semi telah dilahirkan hanya untukku memberikan kebahagiaan di masa-masa sepiku. Biarlah Musim ini terasa lebih panjang bagiku, Supaya cintaku abadi sepanjang perjalanan SangWaktu.” Maka berlalulah Musim Semi dan datanglah Musim Panas dan Musim Gugur, musim memanen hasil Bumi. Dipersembahkannya lagi hasil panennya di Gunung Timur. Tetapi Sang Terang tidak berkata apapun.

Pada tahun keempat, lahirlah seorang putra bagi Niz dan diberi nama Soned sebab katanya kepada Musim Semi, “Sudah lengkaplah kebahagiaanku, Memiliki istri secantik dirimu! Biarlah rahimmu diberkati selalu oleh Sang Terang, Dan melahirkan anak-anak yang berbakti kepadanya.” Maka berlalulah Musim Semi dan datanglah Musim Panas dan Musim Gugur, musim memanen hasil Bumi. Dipersembahkannya lagi hasil panennya di Gunung Timur Tetapi Sang Terang tidak berkata apapun.

Pada tahun kelima, lahirlah seorang putra bagi Niz dan diberi nama Neyel Pe sebab katanya, “Sebab aku adalah bapa sebuah bangsa, yang diberkati oleh tangan Sang Terang. Biarlah dengan tongkatku aku akan memimpin mereka, dan membawa mereka ke jalan yang terang.”

Maka berlalulah Musim Semi dan datanglah Musim Panas dan Musim Gugur, musim memanen hasil Bumi Dipersembahkannya lagi hasil panennya di Gunung Timur. Dan akhirnya berkatalah Sang Terang kepada Niz, “Wahai hambaku yang setia! Aku akan memberkatimu sebagai suatu bangsa. Sebuah bangsa yang akan menjadi penyambung lidahku, yang akan berkata-kata demi namaku. Sebab lima kali kau telah datang di Gunungku, lima kali kau menunjukkan baktimu kepadaku. Maka aku akan berkenan kepadamu, dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya. Tetapi sekarang bangkitlah, wahai putra Matahari! Dirikanlah bagiku sebuah bangunan dari batu, supaya aku dapat bersemayam di dalamnya, sebagai Rumah untuk tubuhku. Buatlah sebuah Menara Api di tengahnya, tempat kau mempersembahkan hasil bumimu kepadaku. Dan bakarlah semua persembahanmu di dalamnya, supaya aku dapat mencium aromanya. Jagalah supaya Apinya tidak lekas padam, sebab itu menjadi tanda perjanjianku kepadamu. Bawalah anak-anakmu ikut serta berbakti kepadaku, dan jauhkanlah mereka dari lubang Kegelapan.”

Dan dilakukannyalah oleh Niz perintah Sang Terang itu. Dan dengan Keajaiban yang dimilikinya, Niz memeritahkan batu-batu karang putih pada Gunung Timur bergerak membentuk sebuah bangunan megah, yaitu Rumah Agung pada lerengnya yang menghadap ke Barat. Kemudian Sang Terang menyalakan Api Sucinya pada menara yang telah didirikan. Sang Terang sangat berterima kasih kepada Niz dan memberikan ribuan berkat kepada keturunannya yang lahir dari rahim Musim Semi.

Pada tahun keenam, lahirlah seorang putra bagi Niz dan diberi nama Ror sebab katanya, “Aku telah mencari dan aku telah mendapatkannya, sesuatu yang hilang dari kehidupanku. Biarlah ia tidak akan lepas dari tanganku, dan Takdir tidak akan pernah menyentuhnya lagi.”

Maka berlalulah Musim Semi dan datanglah Musim Panas dan Musim Gugur, musim memanen hasil Bumi. Bersama putra-putranya dipersembahkannya hasil panennya di Rumah Agung di hadapan Sang Terang. Dan berkatalah Loze kepada Niz, “Sekali-kali kau tidak akan pernah kehilangan sesuatu, jika kau selalu memandang cahayaku, melakukan apa yang menjadi perintahku, dan tetap setia mengabdi kepadaku. Maka ajarkanlah kepada seluruh anak-anakmu, kebijaksanaan yang berasal dari Sang Terang, Jangan biarkan kaki mereka terantuk batu, dan kabut menghalangi pandangan mata mereka. Pimpinlah mereka ke jalan Sang Terang demi namaku, dan jauhkanlah mereka dari lubang kegelapan. Berikanah mereka tongkat pemandu untuk berjalan, yang akan menuntun di mana ia berada. Ajarlah mereka untuk memandang jauh ke depan, dan janganlah sekali-kali menoleh ke belakang. Jagalah supaya api mereka tetap menyala, supaya jiwa mereka bersinar seterang Matahari.” Kemudian Niz melakukan perintah Sang Terang dan mengajarkan kebijaksanaan Sang Terang kepada anak-anaknya. Maka semakin berkenanlah Loze kepada putra-putra Niz.

Pada tahun ketujuh, lahirlah seorang putra bagi Niz dan diberi nama Ulzud sebab katanya kepada Musim Semi, “Ini adalah pemulaan kehidupanku, bukanlah akhir atau pertengahannya. Biarlah Waktu akan menggantikan Masa-masaku yang hilang, ketika kau tertidur di pangkuannya.”

Dan berlalulah Musim Semi dan datanglah Musim Panas dan Musim Gugur, musim memanen hasil Bumi Bersama putra-putranya dipersembahkannya hasil panennya di Rumah Agung di hadapan Sang Terang. Dan berkatalah Loze kepada Niz, “ Janganlah sekali-kali kau meninggalkan anak-anakmu, sebab mereka telah ditakdirkan menjadi bangsa yang besar. Bangsa yang menjadi kekasih Sang Terang, yang berkata-kata melalui lidah mereka. Biarkanlah mereka mengajarkan ajaran-ajaranku, yang telah kauajarkan kepada mereka. Kepada burung-burung di udara, dan kepada semak pohon di belantara. Sebab kau tidak akan pernah kehilangan lagi, tetapi kau mendapatkan Masa-masamu yang hilang. Bersama Matahari yang tersenyum memandangmu, yang menanggung hukumannya dengan kerelaan.” Maka semakin berkenanlah Loze kepada putra-putra Niz.

Pada tahun kedelapan, lahirlah seorang putra bagi Niz dan diberi nama Menzeg sebab katanya kepada Musim Semi, “Sebab delapan Bulan tidak bisa mengalahkan mereka, delapan Matahari kecil yang kaulahirkan untukku. Cahaya mereka akan selalu membuatnya cemburu, dan bapaku akan selalu tertawa melihatnya.”

Maka berlalulah Musim Semi dan datanglah Musim Panas dan Musim Gugur, musim memanen hasil Bumi Bersama putra-putranya dipersembahkannya hasil panennya di Rumah Agung di hadapan Sang Terang. Dan berkatalah Loze kepada Niz, “Tetapi berhati-hatilah terhadap kesesatan anak-anakmu, dan jangan biarkan Bulan berbicara dengan mereka. Sembunyikanlah mereka dari bayang-bayang Kegelapan, supaya mereka tidak berpaling dari hadapanku. Ketahuilah bahwa jiwa mereka sangatlah berharga, lebih berharga dari segala yang berada di Dunia ini. Ajarlah mereka memelihara cahaya jiwa mereka, supaya jangan sampai meredup atau padam. Sebab aku akan mencabut berkat-berkatku dari mereka jika Kegelapan mulai menyelimuti dan menguasai mereka, Dan aku tidak akan menempatkan jiwanya di Langit, jika cahayanya telah redup atau padam.” Kemudian Niz melakukan perintah Sang Terang. Dan semakin berkenanlah Loze kepada putra-putra Niz.

Pada tahun kesembilan, lahirlah seorang putra bagi Niz dan diberi nama Urzug sebab katanya, “Begitu damainya hatiku melihat anak-anakku, sembilan Matahari kecil yang terlahir untukku. Biarlah mereka menjadi bangsa yang hebat, dan selalu diberkati oleh Sang Terang.”

Dan berlalulah Musim Semi dan datanglah Musim Panas dan Musim Gugur, musim memanen hasil Bumi. Bersama putra-putranya dipersembahkannya hasil panennya di Rumah Agung di hadapan Sang Terang. Berkatalah Loze kepada Niz, “Sesungguhnya apa yang kauharapkan akan terjadi, dan apa yang mereka inginkan akan terwujud. Matahari akan bahagia melihat putra-putranya, menjadi bangsa yang kuberkati. Maka peliharalah tingkah laku mereka, janganlah menyimpang dari jalan Sang Terang. Jagalah setiap kata yang mereka ucapkan, supaya hanyalah kebenaran yang mereka katakan.”

Pada tahun kesepuluh, lahirlah seorang putra bagi Niz dan diberi nama Dipid sebab katanya, “Seperti burung Dipid kecil yang dikarunai suara yang merdu, menghibur Matahari dengan nyanyian di sepanjang perjalanannya. Demikan juga diriku yang mendapatkan Keajaiban, akan membahagiakan bapaku dengan anak-anakku.”

Dan berlalulah Musim Semi dan datanglah Musim Panas dan Musim Gugur, musim memanen hasil Bumi Bersama putra-putranya dipersembahkannya hasil panennya di Rumah Agung di hadapan Sang Terang. Berkatalah Loze kepada Niz, “Sesungguhnya Matahari bangga memiliki putra-putramu, sebuah bangsa yang dikarunai Keajaiban. Dengan lidah yang selalu berkata benar, Dan telinga yang selalu mendengar perkataanku. Maka kuterima seluruh persembahanmu, dan persembahan anak-anakmu menjadi indah di mataku. Kau tidak akan meninggalkan keturunanmu untuk selama-lamanya, Jika mereka setia dan berbakti kepadaku.”

Pada tahun kesebelas, lahirlah seorang putra lagi bagi Niz dan diberi nama Depiz sebab katanya, “Sudah waktunya bagiku untuk berstirahat, sebab tubuhku sudah terasa letih. Telah kulihat anak-anakku tumbuh dengan pengasuhanku, dan itu sangat membahagiakan hatiku.”

Maka berlalulah Musim Semi dan datanglah Musim Panas dan Musim Gugur, musim memanen hasil Bumi Bersama putra-putranya dipersembahkannya hasil panennya di Rumah Agung. Untuk kesekian kalinya di hadapan Sang Terang. Berkatalah Loze kepada Niz, “Ketahuilah bahwa aku telah menyediakan tempat bagimu. Sebuah tempat beristirahat yang indah sepanjang Masa. Tubuhmu akan dibaringkan di rahim Sang Pagi, Dan jiwamu akan kupersatukan dengan jiwa Matahari.”

Pada tahun kedua belas, lahirlah seorang putra bagi Niz dan diberi nama Lete sebab katanya, “Biarlah Sang Waktu memutar kembali kehidupanku, dan memberikanku tubuh yang baru. Supaya aku bisa selalu menikmati keindahan Musim Semiku, dan selalu berdiri menantikan kelahiran Matahari setiap Pagi.”

Setelah itu Musim Semi melahirkan pula dua belas putri bagi Niz sehingga genaplah dua belas pasang putra-putri yang dilahirkan oleh Musim Semi. Kemudian matilah Niz. Dan Musim Semi mendendangkan nyanyian sedih untuk meratapi kepergiannya sehingga tunas-tunas tumbuh dengan lambat dan kuncup-kuncup bunga enggan bemekaran. Loze membawa tubuh Niz dan olehnya, Niz dikuburkan di Puncak Gunung Terang dekat dengan tempat kelahiran Matahari dan di sebelah tempat Yehi dikuburkan.

Maka berkabunglah Matahari atas kematian putranya dalam kesedihan yang berwarna merah, semerah darah sehingga tidak terpancar lagi sinarnya sesaat setelah dilahirkan oleh Pagi. Loze segera mengambil jiwa Niz yang bercahaya terang dan mempersatukannya dengan jiwa Matahari sesuai dengan janjinya. Dan berakhirlah kehidupan Niz putra Matahari sebagai pemimpin bangsa. Tongkat pandunya diambil oleh Mezum putra sulungnya. Dan oleh Mezum pula, diantarkannyalah Musim Semi beristirahat ketika tiba saatnya Musim berganti.

Tidak ada komentar: