01 Agustus 2008

Bab I : Penciptaan Langit dan Bumi

Adalah dua Kekuatan besar yang muncul dari dalam Ketiadaan. Terang dan Gelap bersatu tanpa bercampur menciptakan Langit yang hampa dan Bumi yang padat. Bersama-sama mereka memulai Waktu yang menguasai segala sesuatu yang berada di bawah Langit dan di atas Bumi. Maka berkatalah Terang kepada Gelap, “Marilah kita bersatu, untuk menciptakan sesuatu yang mengisi Ketiadaan ini. Dan biarlah kita berkuasa atas ciptaan kita itu supaya tidak ada lagi Ketiadaan di dalamnya.”

Dan jawab Gelap kepada Terang, “Baiklah kita bersatu, tetapi janganlah kita saling bercampur supaya ciptaan kita itu dapat mengenali siapa yang menciptakannya, dan siapa yang menguasainya.”

Kemudian berkatalah mereka, “Jadilah dalam Ketiadaan suatu kehampaan dan kepadatan, yang dipisahkan oleh sebuah ruang. Sebuah ruang di mana kita dapat memulai kekuasaan, dan besama-sama memberinya kehidupan.” Maka terciptalah Langit yang hampa dan Bumi yang padat dan Dunia yang berada di tengah-tengahnya.

Bersama-sama Terang dan Gelap memulai Waktu, yang berkuasa atas Dunia, yang berada di bawah Langit dan di atas Bumi. Kemudian berkatalah Waktu, “Aku akan mengisi Dunia yang diciptakan ini, dengan Masa-masa dan Musim-musim yang saling berganti. Supaya aku selalu dapat mengetahui seberapa jauh perjalananku yang akan aku mulai ini. Biarlah Pagi memulai Masa, dan Musim Semi memulai Musim dengan kehangatan! Dan biarlah Siang akan mengikuti Pagi, dan Musim Panas akan menggantikan Musim Semi dengan panasnya! Biarlah kehangatan kembali mengisi Dunia, dengan datangnya Senja dan Musim Gugur! Sebab Masa dan Musim akan aku tutup dengan dinginnya Malam dan Musim Dingin dan kemudian akan aku buka kembali dengan Masa dan Musim yang baru!”

Kepada Langit dan Bumi, Terang dan Gelap memberikan Kehidupan. Dan datanglah Cinta kepada mereka sehingga semakin lama bertambah besarlah cinta Langit kepada Bumi. Dan karena begitu besar cintanya kepada Bumi, Langit menurunkan hujan benih dan hujan air sepanjang Masa dan Musim. Bumi mengeluarkan tetumbuhan dan limpahan air merendam Bumi sebagai Laut.

Berkatalah Langit kepada Bumi, “Setiap Masa aku lalui dengan memandang engkau, setiap Musim aku nikmati keindahan wajahmu. Sesungguhnya aku bahagia tercipta untuk mencintai engkau, meskipun tidak bisa sekalipun aku menyentuh tubuhmu. Biarlah aku memohon kepada Sang Waktu, yang sedang berjalan di dalam ruang yang memisahkan kita, supaya aku dapat menebarkan benih-benihku kepada engkau sebagai tanda ketulusan cintaku kepadamu.”

Kemudian Bumi menjawab. Katanya, “Sesungguhnya aku juga berbahagia, tercipta dan melewati Masa-masa bersama engkau. Wajahmu yang biru itu telah mempesonakan mataku, dan aku selalu menikmati senyuman manismu. Maka akan aku terima setiap benih yang engkau jatuhkan itu, dan aku akan memelihara dia di dalam perutku. Dan jika Sang Waktu berkenan mengabulkan permohonanku, akan aku lahirkan Putra-putramu sebagai makhluk yang hidup.”

Kemudian bersemilah benih-benih Langit menjadi pohon-pohon berdaun hijau dan semak-semak rumput yang menghiasi permukaan Bumi sehingga Bumi terlihat lebih cantik dan sejuk di mata Langit dan semakin besarlah cintanya kepada Bumi. Maka pada suatu Masa, Langit menurunkan hujan benih terbaiknya dan lahirlah Yeru, Sang Dewa Tertinggi, Bapa para Dewa, keluar dari perut Bumi. Ialah yang ditakdirkan oleh Sang Waktu untuk memiliki dan menguasai Bumi. Yang oleh tangannya, dibendungnya Laut dengan dinding batu yang tinggi supaya air hujan yang turun dari Langit tidak terbuang sia-sia ke dalam Ketiadaan.

Bernyanyilah Yeru dengan suara merdu,
Karena Langit adalah ayahku
dan Bumi adalah ibuku.
Benih terbaik telah dijatuhkan Langit
demi cintanya kepada Bumi.

Di dalam perut ibuku aku dierami
di dalam Ketiadaan aku dipelihara.
Hingga pada Masanya aku dikeluarkan,
dilahirkan oleh Bumi untuk Langit.”

Maka cemburulah Langit dan hampir runtuh menimpa Bumi untuk menelan putranya ke dalam Ketiadaan. Tetapi Bumi sangat mengasihi Sang Dewa, melindungi dia dan menyangga Langit dengan keempat gunungnya. Dan marahlah Bumi atas kecemburuan Langit sehingga diguncangkannya tubuhnya dan dilemparkannya batu-batu api ke Langit sehingga menyesallah Langit. Dan Sebagai tanda penyesalannya, Langit menurunkan kabut dan angin sejuk ke atas Bumi setiap Malam dan menjelang Pagi.

Berkatalah Bumi, “Haruskah kau marah, wahai Kekasihku? Haruskah engkau datang untuk menelan Putramu? Yang lahir dari Benih Terbaik yang engkau berikan kepadaku, dan yang aku terima sebagai bukti cintaku kepada engkau. Ia telah ditakdirkan untuk mewarisi tubuhku, dan kepadanya telah ditetapkan untuk menguasai aku. Maka marahlah kepada Sang Waktu, jika engkau berani, bukan kepadaku dan bukan kepada Putramu.”

2 komentar:

cinema book mengatakan...

waw keren...bahasanya puitis banget...

kalau digambar dalam bentuk komik manga bagus kali ya


salam kenal
pipit di
Trilogy Seven Of Wind

dejongstebroer mengatakan...

trimz, cinemabook,,,

ini adalah satu2nya karyaku yg sudah jadi,,,,